Minggu, 03 Januari 2010

Tugas UAS (Photo Story)

















Minggu, 20 Desember 2009

Analisis Photo Story Pemenang World Press Photo

Photo Story adalah bentuk penyajian gambar photo yang diambil berdasarkan topik atau peristiwa berdasarkan topik atau peristiwa yang dibutuhkan sehingga tersusun dan setiap gambar photo tersebut mampu "bercerita " dengan maksud mengambil suatu makna yang ada pada gambar tersebut.
Berikut ini akan saya tampilkan foto karya Heidi dan Hans-Jürgen Koch dari Jerman yang menjadi juara ketiga dalam World Press Photo. Berikut karya-karya mereka:

1) Mata seekor buaya Nil. Mata sangat efisien pada malam hari; pada siang hari pupil menyempit ke celah. Sebagai spesies-spesies yang beradaptasi untuk memenuhi kebutuhannya yang spesifik dan lingkungan habitat yang bervariasi, mata telah berkembang dengan keragaman spesialisasi yang luar biasa.


2) Mata bekicot Burgundy. Mata bekicot, lebih kompleks dari mata molluska, dapat berfungsi layaknya aperture dalam sebuah kamera. Sebagai spesies-spesies yang beradaptasi untuk memenuhi kebutuhannya yang spesifik dan lingkungan habitat yang bervariasi, mata telah berkembang dengan keragaman spesialisasi yang luar biasa.


3) Mata burung rangkong selatan. Bulu matanya panjang dan kuat seperti kawat. Sebagai spesies-spesies yang beradaptasi untuk memenuhi kebutuhannya yang spesifik dan lingkungan habitat yang bervariasi, mata telah berkembang dengan keragaman spesialisasi yang luar biasa.


4) Mata burung merak mantis merupakan salah satu yang paling rumit dalam kerajaan binatang. Matanya dapat melakukan perhitungan jarak dengan tepat dan bisa melihat ultra violet serta cahaya yang dipolarisasikan. Sebagai spesies-spesies yang beradaptasi untuk memenuhi kebutuhannya yang spesifik dan lingkungan habitat yang bervariasi, mata telah berkembang dengan keragaman spesialisasi yang luar biasa.


5) Mata bintang laut berduri. Bintik merah di ujung masing-masing lengan bintang laut adalah konsentrasi sel-sel indra yang memungkinkan persepsi terang-gelap. Sebagai spesies-spesies yang beradaptasi untuk memenuhi kebutuhannya yang spesifik dan lingkungan habitat yang bervariasi, mata telah berkembang dengan keragaman spesialisasi yang luar biasa.


6) Mata belalang raksasa Asia. Di samping mata majemuk, yang belalang memiliki tiga ocelli kecil - mata sederhana digunakan terutama sebagai sensor cahaya, yang mungkin membantu dengan stabilitas dalam penerbangan.Sebagai spesies-spesies yang beradaptasi untuk memenuhi kebutuhannya yang spesifik dan lingkungan habitat yang bervariasi, mata telah berkembang dengan keragaman spesialisasi yang luar biasa.


7) Mata burung nuri biru dikelilingi oleh bulu emas yang melingkar. Sebagai spesies-spesies yang beradaptasi untuk memenuhi kebutuhannya yang spesifik dan lingkungan habitat yang bervariasi, mata telah berkembang dengan keragaman spesialisasi yang luar biasa.


8) Mata dari nautilus molluska. Lensa pupilnya bekerja seperti aperture dalam sebuah kamera. Sebagai spesies-spesies yang beradaptasi untuk memenuhi kebutuhannya yang spesifik dan lingkungan habitat yang bervariasi, mata telah berkembang dengan keragaman spesialisasi yang luar biasa.


9) Mata capung. Terdiri dari 28.000 unit, mata capung dapat melihat secara simultan 360°. Sebagai spesies-spesies yang beradaptasi untuk memenuhi kebutuhannya yang spesifik dan lingkungan habitat yang bervariasi, mata telah berkembang dengan keragaman spesialisasi yang luar biasa.


10) Mata bunglon. Matanya bekerja secara terpisah, memungkinkan untuk melihat ke depanda dan ke belakang pada saat yang bersamaan. Bisa juga berotasi 90° secara vertikal dan 180° secara horizontal. Sebagai spesies-spesies yang beradaptasi untuk memenuhi kebutuhannya yang spesifik dan lingkungan habitat yang bervariasi, mata telah berkembang dengan keragaman spesialisasi yang luar biasa.





12) Mata laba-laba pelompat. Delapan mata laba-laba memfasilitasi kemampuan spasial dan fokus saat berburu mangsanya. Sebagai spesies-spesies yang beradaptasi untuk memenuhi kebutuhannya yang spesifik dan lingkungan habitat yang bervariasi, mata telah berkembang dengan keragaman spesialisasi yang luar biasa.

Berikut analisis foto tersebut dengan menggunakan model Roland Barthes:
1. Objek Pendukung: tidak ada
2. Pose: tidak ada karena dalam foto ini objeknya adalah mata
3. Photogenia: a. Shot Size: close up
b. Angle: eye level/ sejajar
c. Penempatan Subjek dalam bidang foto: ditengah
d. Lighting: mid key/ keseharian
e. Lensa: normal
4. Estetika: foto ini menampilkan keindahan dari sebuah mata, yaitu sebuah kompleksitas dari mata binatang.
5. Trick Effect: foto ini tanpa trik karena pada dasarnya hanya mengclose up objeknya saja.

Senin, 14 Desember 2009

Contoh Photo Story

Pada post kali ini, saya akan menampilkan sebuah photo story yang berjenis essay. Dalam photo story essay ini saya memiliki tema "Hubungan Manusia dengan Kota Tua"
Pada photo story saya ini, saya mengangkat judul "Kegiatan yang dilakukan di Kota Tua."



s
aya


Senin, 07 Desember 2009

Analisis Hasil Ujian

Setelah sebelumnya kita berbicara tentang model Roland Barthes, sekarang kita akan menganalisis sebuah foto menggunakan model Roland tersebut. Yuk kita langsung saja...




Analisis foto:

1. Trick Effect: dalam foto tersebut, orang yang berjualan bakso dipadukan dengan latar mall yang megah, sementara itu disebelahnya terdapat tulisan ‘dilarang berjualan disini’.


2. Objek Pendukung: - Pakaian: kaos berkerah warna biru dan celana bahan, serta sandal jepit dan topi.

- Background: mall


3. Pose: berdiri, sedang mempersiapkan bakso


4. Photogenia: - Shot Size: Long size

- Angle: eye angle

- Penempatan Subjek: ditengah

- Lighting: high key

- Lensa: normal

- Fokus: selektif

Minggu, 06 Desember 2009

Semiotika Roland Barthes

Semiotik, secara etimologis istilah semiotik berasal dari bahasa Yunani, semeion yang berarti “tanda”. Secara terminologis, semiotik dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa seluruh kebudayaan sebagai tanda.(Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004, h. 95)

Semiologi menurut Roland Barthes, “pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Memaknai (to signify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstuktur dari tanda”(Ales Sobur, Analisis Teks Media, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004, h. 15)

Roland Barthes membuat sebuah model sistematis dalam menganalisis makna dari tanda-tanda. Fokus perhatian Barthes lebih tertuju kepada gagasan tentang signifikasi dua tahap (two order signification) seperti yang digambarkan berikut:



Melalui gambar di atas, Barthes menjelaskan signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara penanda dengan petanda di dalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Barthes menyebutnya sebagai denotasi, yaitu makna paling nyata dari tanda. Konotasi adalah istilah yang digunakan Barthes untuk menunjukkan signifikasi tahap kedua. Hal ini menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi dari pembaca serta nilai-nilai dari kebudayaannya. Konotasi mempunyai makna yang subjektif atau paling tidak intersbujektif.

Dengan meneliti konotasi-denotasi dalam teks kita bisa menemukan ideologi. “Salah satu cara adalah mencari mitologi dalam teks-teks (kesatuan mitos-mitos koheren) menyajikan makna-makna yang mempunyai wadah dalam ideologi. Ideologi itu harus dapat diceritakan. Itulah mitos.”(Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar Analisis Wacana, Analisi Semiotik, dan Analisis Framing, h. 127)

Menurut Barthes, prosedur-prosedur dalam memaknai konotasi khususnya dalam fotografi ada enam, yaitu:
1. Trick Effect, misalnya dengan memadukan dua gambar sekaligus secara artificial.
2. Pose, misalnya dengan mengatur arah pandang mata atau cara duduk dari seorang subjek.
3. Objek, misalnya dengan menyeleksi atau menata objek-objek tertentu (buku-buku atau rak buku, misalnya dapat merujuk kepada makna ‘intelektualitas’)
4. Photogenia, misalnya cara mengatur eksposure, pencahayaan (lighting), manipulasi teknik cetak, dan sebagainya.
5. Estetika, misalnya apa yang disebut dengan “piktorialisme” atau dengan menerapkan teknik “posterisasi” sehingga sebuah foto seolah-olah menyerupai lukisan.
6. Sintaksis, dengan merangkaikan beberapa foto ke dalam sebuah sekuens sehingga penanda dan petanda konotasinya tidak dapat ditemukan pada fragmen-fragmen yang lepas satu sama lain, melainkan pada keseluruhan rangkaian.
(Kris Budiman, Semiotika Visual, Yogyakarta, 2004, h.71)

Minggu, 29 November 2009

Contoh-contoh Hasil Foto EDFAT

Setelah beberapa waktu yang lalu saya posting apa itu Teori EDFAT maka pada postingan kali ini saya akan memberikan beberapa contoh dari Teori EDFAT.
Yang pertama adalah E (Entire), maka contohnya adalah:













Sedangkan selanjutnya, adalah D (Details), maka contohnya sebagai berikut:












Untuk yang ketiga adalah F (Frame), contohnya adalah:








Poin yang keempat adalah A (Angle), contohnya:





Yang terakhir adalah T (Time), contohnya adalah:







Nah itulah beberapa contoh dari Teknik EDFAT. Semoga bermanfaat